Saham Bank Terkerek Turunnya BI Rate, Investor Optimistis
Saham-saham perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) melaju kompak ke zona hijau pada penutupan perdagangan Rabu (21/5/2025), menyusul keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,5%.
Kebijakan pelonggaran moneter tersebut turut menurunkan suku bunga Deposit Facility ke 4,75% dan Lending Facilityke 6,25%. Pasar langsung merespons positif, khususnya sektor perbankan yang berpotensi diuntungkan dari penurunan biaya dana (cost of fund).
Berdasarkan data perdagangan yang dihimpun Warta Ekonomi, sejumlah saham bank besar mencatat penguatan signifikan:
- Bank Central Asia (BBCA) memimpin dengan kenaikan 2,37% ke level Rp9.700 dari sebelumnya Rp9.475.
- Bank Tabungan Negara (BBTN) melonjak 3,66% ke Rp1.275, dari Rp1.230.
- Bank Negara Indonesia (BBNI) naik 1,57% ke Rp4.520, dari Rp4.450.
- Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menguat 1,19% ke Rp4.260, dari Rp4.210.
- Bank Mandiri (BMRI) naik 0,93% ke Rp5.450, dari Rp5.400.
- Bank CIMB Niaga (BNGA) bertambah 1,1% ke Rp1.820, dari Rp1.800.
- Bank Syariah Indonesia (BRIS) turut menguat 1,03% ke Rp2.930, dari Rp2.900.
Analis: Peluang Ekspansi Kredit Meningkat
Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji, menilai bahwa penurunan BI Rate menjadi angin segar bagi industri perbankan karena akan memperkuat fungsi intermediasi.
“Sektor perbankan bisa tersenyum. Biaya pinjaman yang lebih murah akan meningkatkan likuiditas dan mendorong ekspansi kredit, baik korporasi maupun konsumsi,” ujar Nafan.
Lebih lanjut, ia menyebut kebijakan ini juga berpotensi mendorong sektor-sektor lain seperti consumer goods, properti, manufaktur, energi, hingga bahan dasar.
“Ekspansi produksi dan peningkatan permintaan domestik akan jadi pendorong utama. Ini juga bisa mempercepat pemulihan ekonomi yang lebih merata,” tambahnya.
Momentum Penguatan Pasar Domestik
Langkah BI menurunkan suku bunga dilakukan di tengah inflasi yang terkendali dan stabilitas nilai tukar yang relatif terjaga. Hal ini diharapkan menjadi stimulus tambahan untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.
“Dengan tekanan global yang masih ada, pelonggaran moneter ini menjadi sinyal positif bahwa Indonesia siap menjaga daya saing dan momentum pertumbuhan,” pungkas Nafan.
(责任编辑:娱乐)
- KPK Berpeluang Periksa Ketua NasDem Surya Paloh Terkait Green House Kasus SYL
- Benarkah Pelaku Penembakan 2 Warga Tamansari Dilakukan Kelompok Gangster? Ini Kata Polisi
- Lewat Literasi Keuangan, PHE ONWJ dan PertaLife Insurance Perkuat Sinergi ONE Pertamina
- Anggota DPRD DKI Ingatkan Perusahaan Bayar Upah yang Layak Bagi Buruh
- Takut Kutu Busuk dari Paris Masuk Korea, Bandara Dijaga Anjing Pelacak
- Hasnaeni 'Wanita Emas' Histeris Ditahan Kejagung, Tersangka Perkara Korupsi Waskita Beton Precast
- Ambil Cermin! 7 Tanda di Wajah Ini Tunjukkan Kondisi Kesehatanmu
- Konflik Amien Rais Bergulir Kencang, Seret Habib Rizieq, PA 212, dan Partai Ummat
- 4 Jenis Olahraga Menurunkan Kolesterol, Bikin Sehat dan Bugar
- Deteksi Dini, Kunci Utama Mengatasi Kanker Prostat
- Anies Nyatakan Siap Nyapres, Wagub Riza: Pilihan Saya Pak Prabowo
- Harga Sawit Petani Plasma di Riau Ditetapkan Rp3.387/kg, Swadaya Rp3.328,05/kg
- Ini Penjelasan Jasa Marga Soal Kecelakaan di Tol Jagorawi
- 9 Kota Eropa di Negara Berbeda Kini Terhubung dengan Jalur Kereta Api
- Cak Imin Minta Komisi II DPR RI Turut Verifikasi Soal Pencatutan NIK di Pilkada Jakarta
- Tips Active Recovery Bagi Runners Siap Hadapi Ajang Maraton Berikutnya
- Erina Gudono dan Kaesang Babymoon di AS, Apa Itu?
- Jual Channel Telegram ke Bjorka Seharga 100 Dolar AS, Penjual Es di Madiun: Saya Salah
- Luhut Berikan Salam Perpisahan ke Jokowi: Selamat Jalan Pak, Bapak Akan Jadi Kenangan RI
- Respons Agresivitas China, Akademisi Imbau ASEAN Tingkatkan Persatuan