Inflasi hingga Upah Masih Naik, Jepang Mampu Tahan Dampak Tarif AS
Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda mengatakan bahwa ekonomi negaranya mampu menahan tekanan dari kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat (AS). Pihaknya juga yakin akan dapat mempertahankan siklus inflasi yang disertai pertumbuhan upah dari Negeri Sakura.
Ueda mengakui bahwa ketidakpastian kebijakan perdagangan dan tarif yang dikenakan bisa berdampak negatif terhadap ekspor, mendorong perusahaan menunda investasi modal, dan membuat mereka enggan menaikkan upah.
Baca Juga: Meutya Hafid Pamer Internet Capai 79,5% di Jepang
“Kebijakan tarif baru-baru ini akan memberikan tekanan ke bawah pada perekonomian kami melalui berbagai saluran,” kata Ueda dilansir dari Reuters, Rabu (4/6).
“Meski begitu, kami memperkirakan perekonomian dapat menahan tekanan tersebut karena laba korporasi yang historis tinggi berfungsi sebagai penyangga," tambahnya.
Ia juga menyebut bahwa ketatnya pasar tenaga kerja akan membantu mempertahankan tren kenaikan upah dan harga secara bersamaan — prasyarat penting untuk kenaikan suku bunga berikutnya di Jepang.
BOJ memperkirakan inflasi konsumen inti akan stagnan sementara, namun tetap meyakini bahwa tren akan meningkat secara bertahap menuju target 2%.
“Meski perkembangan kebijakan perdagangan sejak musim semi berdampak lebih besar dari yang kami perkirakan, kemajuan menuju target inflasi terus menunjukkan momentum,” ujar Ueda.
Ekonomi Jepang sendiri mengalami kontraksi pada kuartal pertama tahun ini, dengan pertumbuhan ekspor yang melambat pada April. Hal ini dipandang sebagai sinyal awal dampak negatif dari tarif tinggi terhadap pemulihan ekonomi yang masih rapuh.
Outlook ekonomi yang makin suram memaksa bank sentral untuk memangkas tajam proyeksi pertumbuhan dan inflasi pada 1 Mei. Hal tersebut akan mempersulit keputusan bank sentral terkait waktu kenaikan suku bunga berikutnya.
“Meski perlambatan pertumbuhan bisa menekan inflasi, data terbaru harga konsumen menunjukkan perusahaan masih terus meneruskan kenaikan biaya kepada konsumen dalam berbagai jenis barang,” jelas Ueda.
Namun demikian, ia menyampaikan optimisme bahwa apabila negosiasi dagang internasional membuahkan hasil dan ketidakpastian kebijakan perdagangan mereda, maka perekonomian global akan kembali ke jalur pertumbuhan moderat — yang pada akhirnya akan mempercepat pemulihan ekonomi Jepang.
Baca Juga: BAIC Mulai Produksi SUV di Indonesia, Siap Saingi Merek Jepang
Ueda, terkait waktu kenaikan suku bunga berikutnya, enggan memberikan sinyal spesifik dan menegaskan keputusan akan tetap bergantung pada perkembangan ekonomi dan harga di masa depan.
(责任编辑:热点)
- Mantan Ketum AMK Deklarasi Forum PPP Pendukung Prabowo
- Aset Industri Asuransi Tembus Rp1.162 Triliun, OJK: RBC Masih Jauh di Atas Batas Minimum
- Gunung Bromo Kebakaran, Beberapa Akses Wisata Ditutup
- Industri Otomotif Berperan Penting dan Strategis Topang Perekonomian Nasional
- Benarkah Ada Keistimewaan bagi yang Meninggal Dunia di Bulan Ramadan?
- Makanan yang Harus Dihindari Saat Makan Malam, Awas Bikin Begah
- Citarasa ala D'Yummy Catering, Pilihan Tepat Layanan Catering Berkualitas
- Mas Anies, Hati
- Ini Kolab Anak Muda dan Warga, Terapkan Teknologi di Desa Energi Berdikari Pertamina
- PKB Rapat Pleno, Bahas Pernyataan Partai Demokrat Soal Anies
- Gunung Bromo Kebakaran, Beberapa Akses Wisata Ditutup
- Nasib Sritex di Ujung Tanduk, OJK Sebut Delisting Tak Terhindarkan
- VIDEO: Ratusan Warga Kuba 'Unjuk Gigi' Kompak Menari Salsa
- 24 Bacaleg Eks Narapidana Korupsi, JPPR: Potensi Politik Uang Sangat Besar
- Kasusnya Melonjak, Ini 6 Gejala Awal DBD yang Wajib Diwaspadai
- Dorong Sektor Pariwisata, AirAsia Buka Rute Medan–Phuket
- 24 Bacaleg Eks Narapidana Korupsi, JPPR: Potensi Politik Uang Sangat Besar
- Makanan yang Harus Dihindari Saat Makan Malam, Awas Bikin Begah
- Transportasi Udara Jadi Senjata Baru Indonesia Lawan Ilegal Fishing
- Tekan Kredit Macet, Julo Perketat Strategi Mitigasi Risiko