Laba Bersih PLN Hanya Rp17,7 Triliun Anjlok Hampir 20%, Pelemahan Rupiah Jadi Biang Kerok
PT PLN (Persero) mencatat penurunan laba bersih sebesar 19,61% pada tahun buku 2024. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian yang dirilis, perusahaan setrum pelat merah tersebut meraup laba sebesar Rp17,7 triliun, turun signifikan dibandingkan laba tahun 2023 yang mencapai Rp22 triliun.
Penurunan laba bersih ini terjadi meskipun PLN berhasil mengerek pendapatan usaha tahun 2024 menjadi Rp545,38 triliun. Angka ini meningkat 11,9% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibanding pendapatan tahun sebelumnya yang tercatat Rp487,38 triliun.
Baca Juga: Darmo: PLN Butuh Rp3.000 Triliun
Penyumbang pendapatan terbesar diperoleh dari penjualan tenaga listrik yang mencapai Rp352,17 triliun, naik dari Rp333 triliun pada 2023. Selanjutnya, pendapatan kompensasi dari pemerintah, yang berfungsi menutupi selisih antara tarif listrik berlaku dan biaya produksi, mencapai Rp100,18 triliun, meningkat dari Rp73,99 triliun pada 2023. Disusul pendapatan dari subsidi listrik pemerintah sebesar Rp77,04 triliun, naik dari Rp68,63 triliun. Sisa pendapatan berasal dari lain-lain sebesar Rp13,22 triliun dan penyambungan pelanggan sebesar Rp1,74 triliun.
Di sisi lain, PLN menanggung beban usaha sebesar Rp484,75 triliun sepanjang 2024, meningkat 10,1% dibandingkan beban usaha tahun 2023 yang senilai Rp440,18 triliun. Dengan demikian, laba usaha PLN sebenarnya tercatat positif, naik menjadi Rp60,62 triliun dari Rp47,2 triliun.
Baca Juga: Jemput EBT di Lokasi Terpencil, PLN Siap Bangun Transmisi Sepanjang 47.758 KMS
Sayangnya, perolehan laba usaha tersebut tergerus signifikan oleh rugi selisih kurs yang mencapai Rp6,78 triliun di tahun 2024. Angka ini berbanding terbalik dari keuntungan selisih kurs sebesar Rp3,73 triliun yang diraih pada tahun sebelumnya. Selain itu, terdapat pos beban lain-lain sebesar Rp2,12 triliun, dari sebelumnya meraih pendapatan lain-lain Rp1,51 triliun. Beban keuangan juga menunjukkan kenaikan, dari Rp21 triliun menjadi Rp24,4 triliun. Meski demikian, penghasilan keuangan naik tipis menjadi Rp976,26 miliar dari Rp953,51 miliar.
Akibat faktor-faktor tersebut, laba sebelum pajak perseroan merosot menjadi Rp28,26 triliun dari Rp32,37 triliun. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan sebesar Rp10,5 triliun, laba tahun berjalan perseroan sepanjang 2024 tercatat sebesar Rp17,76 triliun dari Rp22,07 triliun pada 2023.
(责任编辑:知识)
- Genjot Pembiayaan Hijau, BNI Siap Terbitkan Sustainability Bond Rp5 Triliun
- PPATK Sebut Aliran Dana ke ACT Lebih dari 50% ke Entitas Pribadi
- Kuasa Hukum Putri Candrawathi Sindir Pengacara Brigadir J, 'Advokat tapi Gayanya kaya Ahli Nujum'
- Operasi Ketupat Idul Fitri 2023, Polri Terjunkan 148.211 Personel Gabungan
- Panji Gumilang Bebas Murni dari Kasus Penistaan Agama
- Jadwal Salat dan Imsak Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Tangsel 4 April 2023
- Mengenal Pengertian Power Supply dan Cara Kerjanya
- Menkeu Sri Mulyani Keberatan Menyusun Roadmap Penerimaan Pajak PDB, Begini Komentar Ekonom INDEF
- Jaksa sebut Menpora Lakukan Pemufakatan Jahat
- Waspada, Penyakit Ini Rentan Muncul di Usia 40
- Kemendagri Latih 80 Ribu Aparatur Desa Secara Tatap Maya
- Soroti Putusan Kontroversial PN Jakpus, Anggota DPR Duga Ada Pihak yang Ingin Gagalkan Pemilu 2024
- Tamzil, Residivis Koruptor Kambuhan Diperpanjang Masa Penahanannya
- Jadwal Buka Puasa Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Tangsel Kamis 13 April 2023
- Prabowo Ajak Sektor Swasta Dalam dan Luar Negeri Terlibat dalam Proyek Infrastruktir Indonesia
- Pemprov DKI Kaji Lagi Penerapan Tilang Kendaraan Tidak Lulus Uji Emisi
- Tren Dark Tourism di Ukraina, Pelancong Dibawa ke Bekas Lokasi Perang
- Soroti Putusan Kontroversial PN Jakpus, Anggota DPR Duga Ada Pihak yang Ingin Gagalkan Pemilu 2024
- China dan Uni Eropa Berkolaborasi, Fokus Reformasi Sistem Moneter di Tengah Perang Tarif
- PPATK Sebut Aliran Dana ke ACT Lebih dari 50% ke Entitas Pribadi